Rabu, 25 Januari 2012

Sejarah Peringatan Maulid Nabi

Pengobar semangat Juang Kaum Muslimin
Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab sering diartikan sebagai hari kelahiran. Maulid Nabi berarti kita selaku umat Muslim memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW melalui pembacaan sholawat dan sejarah (sirah) Nabawiyah. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Di negara Indonesia, perayaan ini jatuh bertepatan pada tanggal 12 Rabiul Awal sesuai dengan tanggal kelahiran Rasulullah SAW.

Tujuan utama dari peringatan Maulid Nabi adalah untuk mengingat kembali perjuangan hidup Rasulullah, membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, menghidupkan semangat yang luar biasa dalam mempelajari Islam serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin dalam berjihad di Jalan Allah.
Peringatan Maulid Nabi diawali dengan ide cemerlang yang diutarakan Sultan Salahudin Al-Ayubi. Tokoh yang dikenal dengan sebutan Saladin oleh orang-orang Eropa dan Pasukan Salib pada saat itu. Beliau  sangat disegani akan ketegasan dan cinta damainya. Ketika itu dunia Islam tengah terlibat dalam perang salib berhadapan dengan bangsa Eropa, terutama bangsa Perancis, Jerman, dan Inggris. Pada 1099, pasukan gabungan eropa berhasil merebut Palestina dan kota Yerusalem dengan mengubah Masjid Al-Aqsha menjadi gereja. Ketika itu dunia Islam seperti kehilangan semangat jihad dan ukhuwah, sebab secara politis terpecah belah dalam beberapa kerajaan dan kesultanan meskipun khalifahnya satu, yaitu Khalifah Bani Abbas di Baghdad, Iraq.
Melihat kelesuan yang dialami dunia Islam Salahuddin ingin membangkitkan kembali semangat jihad dengan menghadirkan kembali semangat juang dan kepahlawanan Rasulullah Muhammad saw. Kemudian di tengah musim haji pada 580 Hijriah atau 1184 Masehi, Salahuddin menggagas sebuah festival yang dinamai dengan Maulid Nabi Muhammad saw. Tujuan dari festival ini adalah untuk mengembalikan semangat juang Rasulullah dengan mempelajari sirah-sirahnya.
Setelah diseleksi, pemenang pertamanya adalah Syaikh Ja’far Al-Barzanji-yang menulis riwayat Rasulullah SAW dan keluhuran akhlaknya dalam bentuk syair yang panjang, yaitu Maulid Barzanji. Bacaan Maulid yang dikenal di negara kita dengan Mauludan Berjanji.
Kemudian tiba-tiba kehidupan Rasulullah SAW muncul di seluruh penjuru negeri kaum muslimin. Kisah kepahlawanan, lika-liku kehidupan, pengorbanan dan suka duka yang dialami Rasulullah ada di pelupuk mata tiap ummat Islam. Kerinduan luar biasa dan tangis mengingat perjuangan Rasulullah membangkitkan kembali semangat jihad ummat muslim. Festival ini berhasil membangunkan kaum muslimin dari tidur panjangnya.
Selama beberapa kali dilaksanakan, festival ini terbukti efektif menghilangkan penyakit Wahn dari hati umat Islam. Gagasan Salahuddin itu berhasil mengguncang negeri Muslim. Parang tua dan pemuda berbodong-bondong di belakang Sultan untuk bersatu dalam satu barisan jihad. Kumandang jihad di dengungkan di mana-mana, di setiap sudut negeri Muslim. Api jihad yang berkobar-kobar di dalam hati membangkitkan semangat untuk menggempur pasukan salib dan membebaskan kota suci umat Islam.
Salahuddin berhasil memobilisasi pasukan dalam jumlah besar dan mengobarkan semangat jihad. Al hasil pada tanggal 27 Rajab 583 H ( 2 Oktober 1187 M ), Salahuddin dan pasukan muslimin memasuki dan merebut kembali Palestina dan kota Yerusalem yang ada didalamnya dengan penuh kedamaian.
Memang banyak yang memperdebatkan tentang peringatan Maulid Nabi SAW. Ada yang menganggapnya sebagai Bid'ah dan tidak pernah diajarkan Nabi, tapi ada juga yang membolehkan dengan esensi utamanya, yaitu menunjukkan rasa cinta terhadap Rasulullah, mengingat kembali kehidupan dan perjuangan Rasulullah, membangkitkan semangat dalam mempelajari Islam, memperkuat ukhuwah Islamiah (tali sillaturrahim) dan semangat berjihad di Jalan Allah. 
Untuk itu, sudah sewajarnyalah bagi kita untuk selalu memperingati kelahiran beliau sebagai bentuk syukur dan terima kasih yang dalam kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang agung dengan lahirnya Rasulullah SAW.

Selasa, 03 Januari 2012

Pelajaran Berharga Ketika Mampu Mencapai Puncak

Sejenak merefleksikan kaki di 3/8 pencapaian puncak
Banyak yang membicarakan moment apa saja yang harus dicapai ketika hendak menemui event pergantian tahun. Ada yang memeriahkannya dengan meniup terompet sampai membentuk lesung pipi yang begitu dalam, ada yang meramaikan dengan menyalakan pesta kembang api, ada yang menyemarakkan dengan mengadakan konser, ada yang membuat sensasi dengan menaklukan tantangan dan ada pula yang paling bijak dengan menyibukkan diri untuk berbincang-bincang dan memuji Allah SWT.
Kami dengan personel yang luar biasa banyaknya dengan jumlah sekitar 4 manusia, memutuskan untuk tetap melanjutkan niat awal yaitu mendapatkan kenikmatan dari explore, survive & amazing. Dengan mendapatkan pengalaman ketika mencoba untuk menjelajahi sesuatu, pelajaran yang berharga tentang bagaimana caranya untuk mampu bersaing / bertahan, dan menikmati hasil dari karya Allah yang begita luar biasa hebatnya. Untuk memenuhi keinginan ceroboh tersebut, kami memutuskan mengambil cara yang nekad (bodoh pula) dengan melakukan perjalanan dibantu dengan kedua kaki kami. Rute yang kami tempuh dengan berjalan dimulai dari kawasan Nylimut -> Medini-> Perumasan -> Puncak Gunung Ungaran -> dan terakhir Gedung Songo. Tujuan yang sempat saya remehkan karena pernah melakukan hal yang sama pada 6 tahun silam.
Baru saja hendak melewati kawasan Nylimut kaki terasa seperti diikat bumi, seperti berada di ruang dingin dengan udara terbatas dan yang jelas saya tidak lagi merasa seperti anak tangguh pada waktu 6 tahun silam. Ada yang hampir pingsan, ada yang harus mengeluarkan isi perutnya, ada pula yang harus mengisi perutnya karena lupa untuk dipenuhi sebelum berangkat dan disela-sela istirahat tersebut, sempat berfikir "mampu nggak ya, kalau baru gini aja menggendong paha aja udah beratnya minta ampun". Hem,,,,Benar-benar merasa udah semakin menua.
Dengan tiga keinginan tersebut (explore, survive & amazing) kami jadikan sebagai motivator kami untuk mencapai tujuan perjalanan ini. Sesampai di Medini kami manjakan sejenak emosi dan fisik dengan menikmati hangatnya seduhan teh di pinggiran jalan, menunggu lewatnya waktu maghrib sekaligus menikmati lukisan Tuhan. Dalam perjalanan selanjutnya yang sudah membutuhkan penerangan untuk memandu perjalanan, kami berexplore bersama pendaki lain hingga akhirnya kami mencapai Perumasan.
Perjalanan ke puncak kami lakukan di pagi hari yang sebenarnya sudah cukup tertinggal dengan pendaki lain yang sudah berangkat lebih awal. Kami berempat memantapkan diri dengan mencoba mencari jalan yang digunakan menuju puncak. Dalam perjalanan yang cukup jauh, kami dibimbangkan dengan jalanan yang buntu. Dengan pertimbangan karena berjalan cukup jauh, kami mantapkan saja untuk menerobos pepohonan yang jauh dari rindang. Terus berjalan hingga kami selalu menemukan jalanan buntu dan terus menorobosnya, terus ke depan sehingga kami tidak menyadari ketika kami telah mendonorkan darah secara tidak sengaja kepada para Lintah. Hingga suatu saat muncul kabut dari bawah yang diperkirakan akan membahakan kami jika perjalanan nekad ini kami lakukan.  Untuk itu kami putuskan untuk kembali ke lokasi awal ketika berada di perbatasan kebun teh. Sesampai di kebun teh, masih saja para lintah kangen dengan kami.
Di Kebun teh, sambil mencubiti para Lintah yang mengakar di tubuh, kami temukan rombongan pendaki yang turun dari puncak. Nah, dari situlah kami temukan tempat untuk mencapai puncak, sekalipun saya pribadi kesulitan untuk membayangkan kenapa bisa berat sekali paha yang harus aku tanggung. Sampai akhirnya saya menemukan spirit itu lagi, ketika ada teman yang mengucapkan bahwa "Rasa sakit dan rasa lelah, hanya akan menghentikan keinginan besar anda. Lupakan rasa sakit dan lelah itu jika anda ingin mencapai sesuatu yang hebat". Hal inilah yang membakar semangatku untuk melupakan beban pada kedua kakiku, meski sempat naik pitam gara-gara kesulitan saat turun dari puncak menuju Gedung 9. Ya, naik pitam tersebut karena jalanan yang saya bayangkan menyenagkan karena hampir 80% arahnya selalu ke bawah, namun bayangan yang menyenangkan itu berubah menjadi sesuatu yang menjengkelkan ketika jalan yang dilewati berubah menjadi jalun yang begitu licin.
Namun sekali lagi, adalah hal yang menyenangkan, menakjubkan dan berkesan ketika kita mampu melewati rintangan yang begitu berat, tantangan yang dianggap sesuatu yang mustahil ketika hanya menggunakan logika, dan perjuangan dengan melupakan rasa takut, rasa sakit, rasa lelah dan rasa penat yang dapat membuahkan pencapaian yang luar biasa.

Tulisan sederhana ini saya dedikasikan kepada kawan seperjuangan saya. Mereka adalah :

Tafid sebagai Jabrix

Romdhon sebagai Kanjeng Prabu Romedhal

Teguh sebagai Tekek Orienta