Selasa, 03 Januari 2012

Pelajaran Berharga Ketika Mampu Mencapai Puncak

Sejenak merefleksikan kaki di 3/8 pencapaian puncak
Banyak yang membicarakan moment apa saja yang harus dicapai ketika hendak menemui event pergantian tahun. Ada yang memeriahkannya dengan meniup terompet sampai membentuk lesung pipi yang begitu dalam, ada yang meramaikan dengan menyalakan pesta kembang api, ada yang menyemarakkan dengan mengadakan konser, ada yang membuat sensasi dengan menaklukan tantangan dan ada pula yang paling bijak dengan menyibukkan diri untuk berbincang-bincang dan memuji Allah SWT.
Kami dengan personel yang luar biasa banyaknya dengan jumlah sekitar 4 manusia, memutuskan untuk tetap melanjutkan niat awal yaitu mendapatkan kenikmatan dari explore, survive & amazing. Dengan mendapatkan pengalaman ketika mencoba untuk menjelajahi sesuatu, pelajaran yang berharga tentang bagaimana caranya untuk mampu bersaing / bertahan, dan menikmati hasil dari karya Allah yang begita luar biasa hebatnya. Untuk memenuhi keinginan ceroboh tersebut, kami memutuskan mengambil cara yang nekad (bodoh pula) dengan melakukan perjalanan dibantu dengan kedua kaki kami. Rute yang kami tempuh dengan berjalan dimulai dari kawasan Nylimut -> Medini-> Perumasan -> Puncak Gunung Ungaran -> dan terakhir Gedung Songo. Tujuan yang sempat saya remehkan karena pernah melakukan hal yang sama pada 6 tahun silam.
Baru saja hendak melewati kawasan Nylimut kaki terasa seperti diikat bumi, seperti berada di ruang dingin dengan udara terbatas dan yang jelas saya tidak lagi merasa seperti anak tangguh pada waktu 6 tahun silam. Ada yang hampir pingsan, ada yang harus mengeluarkan isi perutnya, ada pula yang harus mengisi perutnya karena lupa untuk dipenuhi sebelum berangkat dan disela-sela istirahat tersebut, sempat berfikir "mampu nggak ya, kalau baru gini aja menggendong paha aja udah beratnya minta ampun". Hem,,,,Benar-benar merasa udah semakin menua.
Dengan tiga keinginan tersebut (explore, survive & amazing) kami jadikan sebagai motivator kami untuk mencapai tujuan perjalanan ini. Sesampai di Medini kami manjakan sejenak emosi dan fisik dengan menikmati hangatnya seduhan teh di pinggiran jalan, menunggu lewatnya waktu maghrib sekaligus menikmati lukisan Tuhan. Dalam perjalanan selanjutnya yang sudah membutuhkan penerangan untuk memandu perjalanan, kami berexplore bersama pendaki lain hingga akhirnya kami mencapai Perumasan.
Perjalanan ke puncak kami lakukan di pagi hari yang sebenarnya sudah cukup tertinggal dengan pendaki lain yang sudah berangkat lebih awal. Kami berempat memantapkan diri dengan mencoba mencari jalan yang digunakan menuju puncak. Dalam perjalanan yang cukup jauh, kami dibimbangkan dengan jalanan yang buntu. Dengan pertimbangan karena berjalan cukup jauh, kami mantapkan saja untuk menerobos pepohonan yang jauh dari rindang. Terus berjalan hingga kami selalu menemukan jalanan buntu dan terus menorobosnya, terus ke depan sehingga kami tidak menyadari ketika kami telah mendonorkan darah secara tidak sengaja kepada para Lintah. Hingga suatu saat muncul kabut dari bawah yang diperkirakan akan membahakan kami jika perjalanan nekad ini kami lakukan.  Untuk itu kami putuskan untuk kembali ke lokasi awal ketika berada di perbatasan kebun teh. Sesampai di kebun teh, masih saja para lintah kangen dengan kami.
Di Kebun teh, sambil mencubiti para Lintah yang mengakar di tubuh, kami temukan rombongan pendaki yang turun dari puncak. Nah, dari situlah kami temukan tempat untuk mencapai puncak, sekalipun saya pribadi kesulitan untuk membayangkan kenapa bisa berat sekali paha yang harus aku tanggung. Sampai akhirnya saya menemukan spirit itu lagi, ketika ada teman yang mengucapkan bahwa "Rasa sakit dan rasa lelah, hanya akan menghentikan keinginan besar anda. Lupakan rasa sakit dan lelah itu jika anda ingin mencapai sesuatu yang hebat". Hal inilah yang membakar semangatku untuk melupakan beban pada kedua kakiku, meski sempat naik pitam gara-gara kesulitan saat turun dari puncak menuju Gedung 9. Ya, naik pitam tersebut karena jalanan yang saya bayangkan menyenagkan karena hampir 80% arahnya selalu ke bawah, namun bayangan yang menyenangkan itu berubah menjadi sesuatu yang menjengkelkan ketika jalan yang dilewati berubah menjadi jalun yang begitu licin.
Namun sekali lagi, adalah hal yang menyenangkan, menakjubkan dan berkesan ketika kita mampu melewati rintangan yang begitu berat, tantangan yang dianggap sesuatu yang mustahil ketika hanya menggunakan logika, dan perjuangan dengan melupakan rasa takut, rasa sakit, rasa lelah dan rasa penat yang dapat membuahkan pencapaian yang luar biasa.

Tulisan sederhana ini saya dedikasikan kepada kawan seperjuangan saya. Mereka adalah :

Tafid sebagai Jabrix

Romdhon sebagai Kanjeng Prabu Romedhal

Teguh sebagai Tekek Orienta



    Artikel Terkait

    4 komentar:

    1. anane gur poro kurowo mas berow....
      Ijolumut...IKatan Jomblo Lucu dan Imut

      BalasHapus
    2. sesuk meneh ngejak ngejak nek munggah gunung pakdhe

      BalasHapus
    3. Siap Mas brow...maape kadung rencana dadakan....
      tapi kudu siap dengan nasib yang ekstrem....soale wis biasa tanpa persiapan matang...

      BalasHapus